Oleh: Tio Sukanto
ekonomi - Kamis, 11 April 2013 | 19:05 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Pendidikan kelautan dan perikanan di Indonesia ternyata menarik perhatian manca negara, salah satunya adalah Republik Demokratik Timor Leste.
Tim Delegasi dari negara eks provinsi di Indonesia ini melakukan kunjungan dan audiensi di kantor pusat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta (10/4/2013).
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka silaturahmi, studi banding, dan penjajakan kerja sama mengenai pendidikan kelautan dan perikanan.
Tim Delegasi Timor Leste ini terdiri dari Wakil Menteri Pendidikan, Marcal Avelino Ximenes, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Abrao Dos Santos, Atase Perdagangan, Adelino Fernandes, serta 3 delegasi lainnya. Mereka diterima oleh Kepala BPSDM KP, Suseno Sukoyono, Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, I Nyoman Suyasa, Ketua Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Djodjo Suwardjo, serta beberapa pejabat Eselon III dan IV lingkup BPSDM KP.
Menurut Marcal, pihaknya ingin membangun sekolah kelautan dan perikanan di negaranya. Karena itu, ia bersama tim ingin mendapatkan gambaran dan masukan dari BPSDM KP yang telah lama berpengalaman dalam menyelenggarakan pendidikan kelautan dan perikanan. "Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat luar biasa," kata Marcal.
Menanggapi hal tersebut, Suseno menyampaikan lembaga pendidikan di bawah KKP, baik pendidikan tinggi maupun pendidikan menengah, menggunakan sistem pendidikan vokasi dan pendekatan teaching factory. Pendidikan vokasi mengarah pada pendekatan kebutuhan kompetensi, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tututan dunia usaha, industri, perubahan regulasi yang terkait dengan kelautan dan perikanan, baik secara nasional mapun internasional.
Menurut Suseno, pendekatan teaching factory memberikan para peserta didik porsi kegiatan praktek 70% dan teori 30%. Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya, dalam suatu alur produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan konsumen atau pasar. "Teaching factory didukung dengan sarana dan prasaran yang memadai, setara dengan dunia usaha dan dunia industri sesungguhnya," ujar Suseno.
Sumber http://ekonomi.inilah.com
No comments:
Post a Comment